Paskah (
bahasa Yunani:
Πάσχα atau
Paskha[1]) adalah perayaan terpenting dalam
tahun liturgi gerejawi Kristen. Bagi umat
Kristen, Paskah identik dengan
Yesus, yang oleh
Paulus disebut sebagai "anak domba Paskah"; jemaat Kristen hingga saat ini percaya bahwa
Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan
[a], dan
pada hari yang ketiga[b] bangkit dari antara orang mati. Paskah merayakan hari kebangkitan tersebut dan merupakan perayaan yang terpenting karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus.
Paskah juga merujuk pada masa di dalam kalender gereja yang disebut
masa Paskah, yaitu masa yang dirayakan dulu selama empat puluh hari sejak Minggu Paskah (puncak dari
Pekan Suci) hingga hari
Kenaikan Yesus namun sekarang masa tersebut diperpanjang hingga lima puluh hari, yaitu sampai dengan hari
Pentakosta (yang artinya "hari kelima puluh" - hari ke-50 setelah Paskah, terjadi peristiwa turunnya
Roh Kudus). Minggu pertama di dalam masa Paskah dinamakan
Oktaf Paskah oleh
Gereja Katolik Roma. Hari Paskah juga mengakhiri perayaan
Pra-Paskah yang dimulai sejak empat puluh hari sebelum
Kamis Putih, yaitu masa-masa berdoa, penyesalan, dan persiapan berkabung.
Paskah merupakan salah satu hari raya yang berubah-ubah tanggalnya (dalam kekristenan disebut dengan
perayaan yang berpindah[2]) karena disesuaikan dengan hari tertentu (dalam hal ini hari Minggu), bukan tanggal tertentu di dalam
kalender sipil. Hari raya-hari raya Kristen lainnya tanggalnya disesuaikan dengan hari Paskah tersebut dengan menggunakan sebuah
formula kompleks. Paskah biasanya dirayakan antara akhir bulan
Maret hingga akhir bulan
April (ritus Barat) atau awal bulan April hingga awal bulan
Mei (ritus Timur) setiap tahunnya, tergantung kepada siklus
bulan. Setelah ratusan tahun gereja-gereja tidak mencapai suatu kesepakatan, saat ini semua gereja telah menerima perhitungan Gereja Aleksandria (sekarang disebut
Gereja Koptik) yang menentukan bahwa hari Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah
Bulan Purnama Paskah, yaitu bulan purnama pertama yang hari keempat belasnya ("bulan purnama" gerejawi) jatuh pada atau setelah
21 Maret (
titik Musim Semi Matahari/
vernal equinox gerejawi)
Minggu Paskah bukan perayaan yang sama (namun masih berhubungan) dengan
Paskah Yahudi (
bahasa Ibrani:
פסח atau
Pesakh[1])
[3][c] dalam hal simbolisme dan juga penanggalannya.
Bahasa Indonesia tidak memiliki istilah yang berbeda untuk Paskah
Pesakh (Yahudi) dan Paskah
Paskha (Kristen) sebagaimana beberapa bahasa Eropa yang mempunyai dua istilah yang berbeda, oleh sebab itu kata Paskah dapat memiliki dua arti yang berbeda di dalam bahasa Indonesia.
Banyak elemen budaya, termasuk
kelinci Paskah dan
telur Paskah, telah menjadi bagian dari perayaan Paskah modern, dan elemen-elemen tersebut biasa dirayakan oleh umat Kristen maupun non-Kristen.
Paskah dalam kekristenan
Paskah merupakan perayaan tertua di dalam gereja Kristen, penghubung antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Paus Leo Agung (
440-
461) menekankan pentingnya Paskah dan menyebutnya
festum festorum - perayaan dari semua perayaan, dan berkata bahwa
Natal hanya dirayakan untuk mempersiapkan perayaan Paskah.
Menurut tradisi
Sinoptik[4], Paskah menunjuk pada
Perjamuan Kudus, yang didasari dari
Perjamuan Malam, perjamuan perpisahan antara Yesus dan
murid-murid Yesus
[5][3]. Pada malam itu sebelum Yesus dihukum mati, Yesus memberikan makna baru bagi Paskah Yahudi.
Roti[d] dilambangkan sebagai tubuh Yesus dan
anggur dilambangkan sebagai darah Yesus, yaitu perlambangan diri Yesus sebagai
korban Paskah[6].
Rasul Yohanes dan Pauluslah yang mengaitkan kematian Yesus sebagai penggenapan Paskah
Perjanjian Lama (Yesus wafat pada saat domba-domba Paskah Yahudi dikorbankan di
kenisah atau
Bait Allah)
[7]. Kematian dan kebangkitan Yesus inilah yang kemudian diasosiasikan dengan istilah Paskah dalam kekristenan.
Karena Paskah dirayakan oleh gereja-gereja Kristen dengan suatu
sakramen Ekaristi/Perjamuan Kudus, maka sakramen tersebut dapat pula disebut sebagai Perjamuan Paskah Kristen
[1], atau Perjamuan Kudus Jumat Agung
[3], yang berbeda dari Perjamuan Paskah Yahudi. Banyak gereja Kristen saat ini merayakan perjamuan tersebut lebih dari setahun sekali agar jemaat gereja selalu diingatkan akan peristiwa Paskah.
[3]
Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kata Paskah disebutkan sebanyak 80 kali dalam 72 ayat
[8] sementara di dalam terjemahan BIS disebutkan sebanyak 86 kali dalam 77 ayat
[9][10].
Paskah pada gereja mula-mula
Gereja mula-mula memperingati peristiwa kebangkitan Yesus dengan perjamuan sederhana dan berdoa
[e]. Kemudian dalam perjalanan misinya, Paulus terus mengingatkan jemaat gereja mula-mula akan pentingnya peristiwa kebangkitan Yesus
[f] dan perkataan Yesus pada waktu Perjamuan Malam Terakhir
[11]. Sumber yang paling awal yang menulis tentang Paskah adalah
Melito dari Sardis yang menulis
homili berjudul
Peri Pascha (Tentang Paskah)
[12]. Orang-orang Kristen pada zaman tersebut menapak tilas jalan salib (
Via Dolorosa) yang dilalui oleh Tuhan Yesus. Kematiannya diperingati sebagai korban keselamatan dalam tradisi Yahudi (
bahasa Ibrani:
Zerah Syelamin)
[13].
Orang Kristen Yahudi terus merayakan Paskah Yahudi, namun mereka tidak lagi mengorbankan domba Paskah karena Kristus dianggap sebagai korban Paskah yang sejati. Perayaan ini diawali dengan berpuasa hingga Jumat jam 3 sore (ada yang melanjutkan hingga pagi Paskah). Perbedaan timbul di seputar tanggal Paskah. Orang Kristen Yahudi dan jemaat
provinsi Asia merayakannya pada hari yang bersamaan dengan Paskah Yahudi, yaitu sehari setelah tanggal 14
Nisan (bulan pertama) menurut kalender mereka - kematian Yesus pada 15 Nisan dan kebangkitan Yesus pada 17 Nisan - tanpa memedulikan harinya
[14]; namun orang Kristen non-Yahudi yang tinggal di
Kekaisaran Romawi dan juga gereja di Roma dan Aleksandria merayakannya pada hari pertama, yaitu hari Minggu - hari kebangkitan Yesus, tanpa memedulikan tanggalnya
[g]. Metode yang kedua inilah yang akhirnya lebih banyak digunakan di gereja
[h][15], dan penganut metode yang pertama perlahan-lahan mulai tergusur. Uskup Viktor dari Roma pada akhir
abad ke-2 menyatakan perayaan menurut tanggal 14 Nisan adalah
bidat dan mengucilkan semua pengikutnya
[16][17]. Beberapa metode penghitungan yang lain di antaranya oleh beberapa uskup di
Galia yang menghitung Paskah berdasarkan tanggal tertentu sesuai kalender Romawi, yaitu 25 Maret memperingati kematian Yesus dan 27 Maret memperingati kematian Yesus
[18] karena sejak abad ke-3 tanggal 25 Maret dianggap sebagai tanggal penyaliban
[19]. Namun metode yang terakhir ini tidak digunakan lama. Banyak kalender di
Abad Pertengahan yang mencatat tanggal perayaan ini (25 dan 27 Maret) untuk alasan historis, bukan liturgis
[20]. Kaum
Montanis di
Asia Minor merayakan Paskah pada hari Minggu pertama setelah
6 April[21]. Berbagai variasi perhitungan tanggal Paskah tersebut terus berlangsung hingga abad ke-4.
Perselisihan seputar penghitungan hari Minggu Paskah yang tepat tersebut akhirnya dibahas secara resmi pada
Konsili Nicea I pada tahun
325 yang memutuskan bahwa hari Paskah adalah hari Minggu, namun tidak mematok hari Minggu tertentu. Kelompok yang merayakan Paskah dengan perhitungan Yahudi dinamakan "
Quartodeciman" (bahasa Latin untuk
14) (Nisan) dan dikucilkan dari gereja
[i]. Uskup
Aleksandria kemudian ditugaskan untuk mencari cara menghitung tanggal Paskah, karena kota itu dianggap sebagai otoritas tertinggi untuk hal-hal yang berhubungan dengan
astronomi, dan sang uskup diharapkan dapat memutuskan hasilnya untuk diikuti keuskupan-keuskupan yang lain. Namun hasil yang diperoleh tidak memuaskan, terutama untuk gereja-gereja Latin. Banyak gereja masih memakai cara mereka sendiri-sendiri, termasuk gereja di Roma. Akhirnya baru pada abad ke-7 gereja-gereja berhasil mencapai kesepakatan mengenai perhitungan tanggal Minggu Paskah
[17].
Pada kekristenan ritus Latin (Barat), Paskah menandai berakhirnya masa
Pra-Paskah, yaitu 40 hari (tidak termasuk hari Minggu) menjelang Minggu Paskah. Sepekan sebelum Minggu Paskah disebut sebagai
Pekan Suci. Hari Minggu sebelum Minggu Paskah, yaitu hari pertama Pekan Suci, adalah hari
Minggu Palem yang memperingati masuknya Yesus ke kota
Yerusalem menaiki seekor
keledai. Tiga hari terakhir sebelum Minggu Paskah disebut sebagai
Kamis Putih atau Kamis Suci,
Jumat Agung, dan
Sabtu Suci atau Sabtu Sunyi, yang ketiganya sering disebut sebagai
Trihari Suci atau Triduum Paskah; Kamis Putih memperingati Perjamuan Malam terakhir Yesus, Jumat Agung memperingati kematian Yesus, dan Sabtu Suci memperingati hari pada saat Yesus di dalam kuburan.
Banyak gereja yang mulai merayakan Paskah semalam sebelumnya, yaitu dengan
kebaktian Malam Paskah. Pada beberapa negara, Minggu Paskah dirayakan selama dua hari hingga
Senin Paskah, dan hari-hari dalam sepekan setelah Minggu Paskah, yang disebut dengan
Pekan Paskah, masing-masing diberi
akhiran Paskah, seperti "Selasa Paskah", "Rabu Paskah", hingga
Oktaf Paskah, yaitu hari Minggu setelah Minggu Paskah. 40 hari (yang kemudian diperpanjang menjadi 50 hari atau 7 minggu) setelah Paskah biasa disebut dengan
masa Paskah yang diakhiri dengan hari
Pentakosta (hari ke-50).
Pada kekristenan ritus Oriental (Timur), masa persiapan Paskah dikenal dengan nama masa
Puasa Besar dan dimulai sejak
Senin Bersih selama 40 hari (termasuk hari Minggu). Pekan terakhir dalam masa persiapan itu disebut dengan Pekan Palma, yang berakhir dengan hari
Sabtu Lazarus. Sehari setelah itu adalah Minggu Palma, Pekan Suci, lalu Minggu Paskah. Pada Sabtu tengah malam menjelang Minggu Paskah perayaan Paskah resmi dimulai, yang terdiri atas
Matins,
Jam-jam Paskah, dan
Liturgi Surgawi Paskah; dengan demikian liturgi tersebut dijamin merupakan liturgi pertama Minggu Paskah, sesuai gelarnya sebagai
festum festorum - perayaan dari semua perayaan. Pekan setelah Minggu Paskah disebut sebagai
Pekan Terang, sedangkan masa setelah Minggu Paskah hingga Minggu
Para Orang Kudus (hari Minggu setelah Pentakosta) disebut sebagai
Pentakostarion.
Di dalam gereja-gereja Kristen, terutama ritus Latin, perayaan dimulai pada hari
Jumat Agung. Gereja-gereja biasanya menyelenggarakan kebaktian pada hari tersebut, umat Katolik Roma biasanya juga berpuasa pada hari ini. Kebaktiannya diliputi dengan perasaan duka karena memperingati sengsara penderitaan dan kematian Yesus di kayu
salib. Gereja-gereja Protestan biasanya melanjutkan kebaktian dengan sakramen
Perjamuan Paskah untuk memperingati Perjamuan Malam Terakhir Yesus; lagu-lagu sendu seperti "Jangan Lupa
Getsemani"
[22] juga dinyanyikan. Sang
pastor atau
pendeta kadang-kadang memberikan
kotbah singkat. Gereja-gereja Katolik Roma biasanya tidak melakukan sakramen Perjamuan Kudus pada hari ini, sakramen
pengakuan dosa dan
pengurapan orang sakit. (lebih lengkapnya lihat
Jumat Agung)
Pada hari
Sabtunya gereja-gereja Katolik dan beberapa
gereja Anglikan dan
Lutheran juga menyelenggarakan
kebaktian malam Paskah. Dalam kebaktian itu sebuah
lilin Paskah dinyalakan untuk melambangkan Kristus yang bangkit;
Exultet atau proklamasi Paskah dinyanyikan; ayat-ayat Alkitab dari Perjanjian Lama yang menceritakan keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan nubuatan tentang
Mesias dibacakan. Bagian kebaktian ini mencapai puncaknya dengan menyanyikan
Gloria dan
Alleluia, dan Injil tentang kisah kebangkitan dibacakan. Sama seperti kebaktian Jumat Agung, sang pastor atau pendeta kadang-kadang juga menyampaikan kotbah sesudah pembacaan Alkitab. Bagi gereja Katolik Roma, malam ini biasanya juga digunakan untuk sakramen
baptisan kudus, malam penerimaan anggota jemaat gereja yang baru. Untuk anggota jemaat yang lain, mereka juga menerima percikan
air suci sebagai lambang perbaruan iman kepercayaan mereka. Kebaktian pada gereja-gereja Katolik Roma kemudian dilanjutkan dengan sakramen
Konfirmasi. Kebaktian kemudian diakhiri dengan sakramen
Ekaristi. Kebaktian malam Paskah ini memiliki bermacam-macam variasi. Beberapa gereja mengadakannya pada
Umat Protestan biasanya menggabungkan kebaktian malam Paskah dengan kebaktian Minggu pagi, yaitu mengikuti kisah di Injil yang menceritakan para wanita yang datang ke kubur Yesus pada pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu
[23]. Ada gereja yang menyelenggarakannya pada sekitar subuh (
kebaktian subuh), dan biasanya dilangsungkan di luar ruangan seperti halaman gereja atau taman di dekat gereja, namun banyak pula yang merayakannya setelah matahari terbit. Kebaktian Minggu untuk memperingati kebangkitan Yesus ini (baik bersama-sama atau berbeda dari kebaktian subuh tersebut) dirayakan dengan sikap penuh sukacita, termasuk lagu-lagu yang dinyanyikan juga lagu yang bernuansa kemenangan
[24]. Gereja-gereja yang cukup besar ada yang menggunakan instrumen-instrumen tiup (
terompet, dll) untuk melengkapi instrumen-instrumen yang biasa digunakan. Kebanyakan gereja juga mendekorasi ruang ibadah dengan hiasan-hiasan dan bunga-bungaan (contohnya
Bakung Paskah)
Tanggal Paskah
Tanggal Minggu Paskah
1982–2022
Menurut penanggalan Gregorian
Tahun | Barat | Timur |
1982 | April 11 | April 18 |
1983 | April 3 | Mei 8 |
1984 | April 22 |
1985 | April 7 | April 14 |
1986 | Maret 30 | Mei 4 |
1987 | April 19 |
1988 | April 3 | April 10 |
1989 | Maret 26 | April 30 |
1990 | April 15 |
1991 | Maret 31 | April 7 |
1992 | April 19 | April 26 |
1993 | April 11 | April 18 |
1994 | April 3 | Mei 1 |
1995 | April 16 | April 23 |
1996 | April 7 | April 14 |
1997 | Maret 30 | April 27 |
1998 | April 12 | April 19 |
1999 | April 4 | April 11 |
2000 | April 23 | April 30 |
2001 | April 15 |
2002 | Maret 31 | Mei 5 |
2003 | April 20 | April 27 |
2004 | April 11 |
2005 | Maret 27 | Mei 1 |
2006 | April 16 | April 23 |
2007 | April 8 |
2008 | Maret 23 | April 27 |
2009 | April 12 | April 19 |
2010 | April 4 |
2011 | April 24 |
2012 | April 8 | April 15 |
2013 | Maret 31 | Mei 5 |
2014 | April 20 |
2015 | April 5 | April 12 |
2016 | Maret 27 | Mei 1 |
2017 | April 16 |
2018 | April 1 | April 8 |
2019 | April 21 | April 28 |
2020 | April 12 | April 19 |
2021 | April 4 | Mei 2 |
2022 | April 17 | April 24 |
Paskah (dan perayaan lain yang berhubungan) yang merupakan hari terpenting dalam kalender gerejawi disebut sebagai
perayaan yang berpindah, yang berarti perayaannya tidak terpaku pada tanggal tertentu di dalam
kalender Gregorian maupun
Julian (yang sama-sama mengikuti perputaran matahari dan keempat musim) melainkan dihitung menurut
kalender suryacandra seperti
kalender Ibrani. Hal inilah yang mendasari ilmuwan-ilmuwan mempelajari
astronomi secara sistematis.
[30]
Di dalam kalender Gregorian, Paskah selalu jatuh pada hari Minggu antara
22 Maret dan
25 April (inklusif).
[30][31] Hari berikutnya,
Senin Paskah, merupakan
hari libur di banyak negara dengan tradisi Kristen yang kuat. Untuk negara-negara yang mengikuti kalender Julian untuk perayaan-perayaan keagamaan, Paskah juga jatuh pada hari Minggu antara 22 Maret (KJ) dan 25 April (KJ), yang dalam kalender Gregorian adalah
4 April-
8 Mei (inklusif).
Tanggal Paskah yang tepat pernah menjadi pokok perdebatan. Di dalam
Konsili Nicaea I pada
325 diputuskan bahwa seluruh umat Kristen akan merayakan Paskah pada hari yang sama, yang akan dihitung secara berbeda dari perhitungan umat
Yahudi untuk menentukan tanggal
Paskah Yahudi. Karena tidak adanya catatan keputusan konsili yang selamat hingga zaman modern, ada kemungkinan bahwa konsili tersebut tidak memutuskan cara tertentu untuk menghitung tanggal Paskah.
Epifanius dari Salamis menulis pada pertengahan
abad ke-4:
- ...kaisar...menghimpun dewan dengan 318 uskup...di kota Nicea...Dalam konsili tersebut mereka juga menyetujui suatu kanon gerejawi, dan pada saat yang bersamaan menitahkan berkenaan dengan Paskah (Yahudi) bahwa diperlukan adanya satu permufakatan tentang perayaan hari Tuhan yang suci dan teramat penting tersebut. Karena hal tersebut diperingati secara berbeda-beda oleh orang-orang...[32]
Pada tahun berikutnya, cara perhitungan yang dikerjakan oleh gereja Aleksandria menjadi standar perhitungan. Secara perlahan sistem tersebut mulai tersebar ke gereja-gereja Kristen di
Eropa. Gereja Roma meneruskan penggunaan siklus kalender suryacandra yang berusia 84 tahun sejak akhir abad ke-3 hingga
457. Gereja Roma terus menggunakan caranya sendiri hingga
abad ke-6 saat metode Aleksandria telah dikonversikan ke kalender Julian oleh
Dionysius Exiguus. Gereja mula-mula di
Britania dan
Irlandia juga menggunakan metode Roma yang lama tersebut hingga
Sinode Whitby tahun
664 saat mereka mulai menggunakan metode Aleksandria. Gereja-gereja di belahan barat Eropa menggunakan metode Roma hingga akhir
abad ke-8 pada masa pemerintahan
Karel yang Agung, lalu mereka menggunakan metode Aleksandria. Namun demikian, sejak
Gereja Katolik mulai menggunakan kalender Gregorian menggantikan kalender Julian sejak 1582 dan
Gereja Ortodoks Timur tetap berpegang pada kalender Julian, maka perayaan Paskah kembali dirayakan secara berbeda, dan perbedaan itu tetap ada hingga saat ini.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Paskah